Posted by : Han
Kamis, 20 September 2012
Selamat jalan kawan
Sepanjang Maret 2012 ada peristiwa tragis yang tidak akan
kulupakan seumur hidupku. Tragis karena seorang anak muda belia harus meregang
nyawa karna penyakit yang dideritanya sejak lama. Doddy nama anak itu dan dia sahabat
karibku. Siapa menduga pemuda yang gagah itu harus takluk dengan penyakit
kanker (tumor ganas). Terakhir aku melihatnya wajahnya pucat, kurus dengan
kulit yang membalut tulang. Tak sanggup aku melihatnya berlama-lama hatiku
terenyuh ikut merasakan penderitaan temanku itu. Kini dia sudah tiada, semua yang
tersisa darinya hanyalah kenangan dan kenangan. Aku begitu merasa kehilangan, banyak momen berkesan yang sudah kulalui dengannya. Apalagi saat main ke rumahnya, aku sungguh senang masakan ibunya, kala itu kita sedang main kelereng berdua, ibunya memanggil untuk makan siang. Sungguh aku masih tak menyangka begitu cepatnya kami berpisah. Kadang-kadang aku merasa tuhan telah berlaku tak
adil. Mengapa anak muda yang begitu baik, periang, lugu dan sederhana itu terlalu
cepat dipanggil yang maha kuasa. Padahal masa depan anak seusia itu terbentang
seluas samudra. Tetapi sebagai orang yang beriman, aku harus meyakini kehendak
yang maha kuasa. Mungkin ini adalah yang terbaik untuk sahabatku itu. Tak banyak
yang bisa kami lakukan untuk meringankan beban penderitaannya. Terlebih lagi aku
sebagai sahabat yang paling dekat dengannya tak mampu berbuat apa-apa. Kecuali, hanya sebait lagu sederhana yang kudedikasikan untuknya...selamat jalan kawan…
Kuduka(kudedikasikan untukmu kawan)
intro:harmonica
kupandang dirimu didalam kertas bergambar
Berlinang, mataku, terpendam hati bergetar
Saat sebulan hari berganti
kini kau pergi tinggalkan kenangan
sungguh merisaukan, melihat dirimu
didalam duka, oooohhh kawaaaannnn
kau sadarkan jiwa ini yang lama tak kembali
kau orang yang bisa mengerti, sedih yang kurasakan
namun kuhanya bisa berdoa untuk dirimu
cipt: Hanif Jiwanda
Kuduka(kudedikasikan untukmu kawan)
intro:harmonica
kupandang dirimu didalam kertas bergambar
Berlinang, mataku, terpendam hati bergetar
Saat sebulan hari berganti
kini kau pergi tinggalkan kenangan
sungguh merisaukan, melihat dirimu
didalam duka, oooohhh kawaaaannnn
kau sadarkan jiwa ini yang lama tak kembali
kau orang yang bisa mengerti, sedih yang kurasakan
namun kuhanya bisa berdoa untuk dirimu
cipt: Hanif Jiwanda